Senin, 04 April 2011

askep katarak

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian :
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

1.2 Etiologi
1. Usia ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
2. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak traumatik.
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
5. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa disebabkan oleh :
• Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )
• Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang meningkat).
Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :
 Penyakit metabolik yang diturunkan
 Riwayat katarak dalam keluarga
 Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

Penyebab katarak lainnya meliputi :
• Faktor keturunan.
• Cacat bawaan sejak lahir.
• Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
• Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
• gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
• gangguan pertumbuhan,
• Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
• Rokok dan Alkohol
• Operasi mata sebelumnya.
• Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
1.3 Klasifikasi
1.3.1 Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
1) Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
2) Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
3) Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
4) Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
b. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :
1) Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
2) Warna terlihat pudar.
3) Sulit melihat saat malam hari.
4) Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas.
d. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
1.3.2 Berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1) katarak toksika : merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine
2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.penyebab kataraqk ini antara lain karena radiasi sinar –X, radioaktif, dan benda asing.
3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata


1.4 Manifestasi klinis

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan.ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenkan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

1.4.1 Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2) Peka terhadap sinar atau cahaya.
3) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
4) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
5) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
1.4.2 Gangguan penglihatan bisa berupa :
1) Kesulitan melihat pada malam hari
2) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
3) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

1.4.3 Gejala lainya adalah :
1) Sering berganti kaca mata
2) Penglihatan sering pada salah satu mata.
3) Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut :
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid
8) Tes toleransi glukosa : kontrol DM
9) Keratometri.
10) Pemeriksaan lampu slit.
11) A-scan ultrasound (echography)
12) Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
13) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

1.6 Komplikasi
Penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5 à ambliopia sensori.
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

1.6.1 Komplikasi pasca operasi :
1) Peningkatan tekanan Intraokular yang diperlukan untuk menguatkan kembali beberapa aktivitas selama periode pasca operasi dan harus menerangkan hal ini pada klien serta keluarganya. Aktivitas tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dengan meningkatnya tekanan intraocular yang ditandai dengan batuk-batuk, bengkokkan pada pinggang, muntah, bersin dan kemerahan pada mata, mual, dan selalu tidur atau cemas serta lemah pada saat operasi. Terjadinya konstipasi berat, pusing, dan gejala panas seharusnya ditangani dengan pengobatan yang efektif dan sesuai, guna menghindari hal-hal yang membahayakan dalam proses pengobatan.
2) Infeksi .
Perawat mengobservasi klien tanpa adanya peningkatan kemerahan pada mata, penglihatan tajam, pengeluaran air mata, fotofobia. Cairan tersebut dapat berbentuk krim yang berwarna putih, kering, dan pekat.
3) Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada mata bagian depan dan terjadi setiap hari setelah dilakukan pembedahan. Darah juga dating akibat insisi dari iris atau dari tubuh yang bersilia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari intraocular akibat tidak sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan tersebut, ketidakadekuatan jahitan luka, adanya trauma, dan menigkatnya tekanan intraocular. Sering terjadi banyak kerusakan penglihatan yang harus dilapokan klien.
4) Ablasio retina
Dapat terjadi setelah pembedahan katarak. Meningkatnya ekstrasi katarak intrakapsular, yaitu kembalinya bagian belakang kapsula. Hal tersebut dapat mengaikatkan klien melakukan gerakkan secara tiba-tiba, vitreus(sejenis kaca) dapat bergerak ke depan dan naik menuju ke retina,akibatnya terjadi perubahan struktur.

1.7 Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
1.7.1 Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1.7.1.1 Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan ynag bias digunakan untuk mengangkat lensa:
1. Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
2. Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
1.7.1.2 Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

1.7.2 Adapaun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1.7.2.1 Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan diperbolehkan
1. Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama
 Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
 Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran
 Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata pada siang hari
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak dioperasi, dan tidak boleh telengku
4. Aktivitas dengan duduk
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
 Tidur pada sisi yang sakit
 Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
 Mengejan saat defekasi
 Memakai sabun mendekati mata
 Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
 Berhubungan seks
 Mengendarai kendaraan
 Batuk, bersin, dan muntah
 Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.


BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. IdentitasBerisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.

2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan

3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.

4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

5. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia ( glukoma akut ).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).

6. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.


2.2 Diagnosa keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
Diagnosa keperawatan pre.operasi
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Diagnosa keperawatan pasca operasi
3. Resiko cedera yang berhubungan dengan penigkatan tekanan intraocular ( TIO ), perdarahan, kehilangan vitreus.
4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi
5. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pasca operasi.
6. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.


2.3 Intervensi :
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
• Kaji ketajaman penglihatan klien
R/ mengidentifikasi kemampuan visual klien
• Identifikasi alternative untuk optimalisasi sumber rangsangan
R/memberikan keakuratan penglihatan dan perawatan
• Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan
R/meningkatkan kemampuan persepsi sensori
• Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima ; auditorik, taktil
R/meningkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan

Intervensi keperawatan pre.operasi
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Diagnosa keperawatan pasca operasi
• Jelaskan kejadian pre- dan pascaoperasi, manfaat operasi dan sikap yang harus dilakukan klien selama masa operasi
R/meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas
• Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan,berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung.perbaikan pada mata memerlukan waktu enam bulan atau lebih
R/meningkatkan kepercayaan dan kerja sama, berbagi perasaan membantu menurunkan ketegangan. Informasi untuk perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk mengantisipasi depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil operasi.

3. Resiko cedera yang berhubungan dengan penigkatan tekanan intraocular ( TIO ), perdarahan, kehilangan vitreus.
• Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas dan pembalutan mata
R/ meningkatkan kerja sama dan pembatasan yang diperlukan
• Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala berlebih.
R/ istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam pasca operasi atau satu malam jika ada komplikasi.
• Bantu istirahat selama fase istirahat
R/ mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.
• Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera ( mengejan, menggerakkan kepala mendadak, membungkuk terlalu lama, batuk)
R/tindakan yang dapat meningkatkan TIO dapat memperlambat proses penyembuhan dan menimbulkan kerusakan struktur mata pasca operasi.
• Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya
R/ berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta hipopion, mungkin menunjukkan cedera mata pascaoperasi. Apabila pandangan melihat benda mengapung ( floater ) atau tempat gelap mungkin menunjukkan ablasio retina.

4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi
• Kaji derajat nyeri setiap hari
R/normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari kurang dari operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari pascaoperasi. Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO masif.
• Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak
R/penanganan yang cepat dan tepat terhadap perubahan negatif yang dialami klien dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan pada proses penyembuhan.
• Anjukan klien untuk sebisa mungkin mengontrol gerakan tiba-tiba ( mengucek mata, batuk )
R/ gerakan tiba-tiba dapat memprovokasi nyeri
• Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
R/menurunkan ketegangan, mengurangi nyeri
• Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesik topikal/ sistemik.
R/mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri


5. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pasca operasi.
• Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasi
R/klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama pascaoperasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini bantuan total diperlukan bagi klien
• Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
R/meminimalkan aktivitas klien dapat mencegah mencegah terjadinya komplikasi
• Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri
R/ upaya melinatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicuh peningkatan TIO dan meyebabkan cedera mata. Kontrol klinis dilakukan dengan menggunakan indikator nyeri mata pada saat melakukan aktivitas. Umumnya 24 jam pascaoperasi, individu boleh melakukan aktivitas perawatan diri.

6. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
• Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan pascahospitalisasi
R/dengan menambah dan memperbaiki pengetahuan yang sudah dimiliki klien mengenai perawatan pascahospitalisasi diharapkan klien dapat menjalankan perawatan selanjutnya dirumah secara mandiri.
• Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan yang harus dihindari (yang diperbolehkan seperti : membaca,menonton televisi namun jangan terlalu lama,boleh melakukan aktivitas ringan; aktivitas yang harus dikontrol seperti: mengucek mata, mengejan,batuk paksa,bersin, memakai sabun mendekati mata, mengangkat beban lebih dari 7 kg, menundukkan kepala sampai dibawa pinggang)
R/dengan membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan,kegiatan yang harus dikontrol maupun yang harus dihindari dapat mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi.
• Terangkan berbagai kondisi yang harus dikonsultasikan ( nyeri pada sekitar mata, sakit kepala menetap, nyeri disertai mata merah, bengkak atau keluar cairan dari mata, nyeri dahi mendadak, perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan)
R/ konsultasi terhadap perubahan yang negatif dapat membantu meminimalkan terjadinya komplikasi pascaoperasi.

• Berikan kesempatan bertanya
R/meningkatkan ras percaya diri, rasa aman, dan mengeksploitasikan pemahaman serta hal-hal yang mungkin belum dipahami klien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar